One day no Rice Kemana kamu pergi?
Pangan lokal bukanlah hal yang asing bagi sebagian besar
masyarakat. Mereka sudah terbiasa mengkonsumsi pangan lokal dalam kehidupan
keseharian nya. Sebut saja masyarakat Maluku dan Papua, mereka sudah terbiasa
mengkonsumsi sagu.
Warga Madura dan Nusa Tenggara Timur, mereka terbiasa mengkonsumsi
jagung. Warga Cireundeu di Kota Cimahi telah menjadikan singkong sebagai
makanan pokok nya. Dan banyak lagi warga masyarakat yang mengkonsumsi makanan
utama nya berbasiskan pangan lokal.
Depok pernah menjadi insfirasi bagi sebagian wilayah di kabupaten
kota di Jawa barat bahkan di kabupaten kota lainya di Indonesia
Tanggal 10 Februari 2012
Pemerintah kota Depok telah menerbitkan SK Walikota no10/-um yang
memerintah kan seluruh penjual makanan di kantin balaikota Depok untuk tidak
menjual makanan ( nasi ) yang terbuat dari beras setiap hari Selasa , namun
menyediakan makanan pengganti seperti kentang ,singkong dan umbi umbian lainnya
.atau yang lebih di kenal dengan one day no rice
Program ini berjalan dengan baik meski masih banyak ASN saat itu
yang main kucing kucingan untuk makan
siang di warung Padang !
Bahkan di tambah lagi dengan program one.day no car meski masih
banyak ASN yang memarkir mobilnya di ITC atau BJB , tapi upaya ini perlu
diacungi jempol dimana Nurmahmudi saat itu mampu menunjukan jatidirinya dalam
mengambil sikap sebagai pemimpin kota tanpa arahan dari partai atau pembisik
pribadinya .
Bahkan program ini mampu mendapatkan aspirasi dari pemerintah
pusat dan mendapatkan rekor MURI , dan menjadikan NMI sebagai walikota teladan
dalam program ini ,
Sayangnya program ini hanya bertahan sampai masa jabatan walikota
NMI berakhir di tahun 2016 ,
Saat ini tinggal program KRPL ( kawasan rumah pangan lestari )yang
masih berjalan sesuai arahan kementrian Pertanian dan Gubernur Jawabarat ,
meski hanya sekedar untuk meraih penghargaan atau Selfi di kebun mini halaman
rumah ibu lestari !
Keaneka ragaman pangan harusnya sudah menjadi program pemerintah
kota yang harus ditangani dengan serius untuk menekan konsumsi nasi berbahan
baku beras
Tapi lagi lagi pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan dengan
memberikan RASKIN sebagai program bagi para masyarakat miskin agar tetap mampu
mengkonsumsi nasi yang berasal dari beras.
Kebijakan ini ditengarai sebagai langkah Pemerintah dalam
menggeser pola makan masyarakat. Yang semula pangan lokal non beras, kini
dipaksa untuk mengkonsumsi nasi.
Beberapa pengamat malah menegaskan bahwa Program Raskin merupakan
kebijakan yang "bertabrakan" dengan niat Pemerintah untuk meragamkan
pola makan masyarakat agar tidak menggantungkan diri terhadap nasi.
Beberapa bulan ke belakang, kembali Pemerintah mengingatkan
tentang penting nya pangan lokal. Menteri Pertanian lagi-lagi meminta agar
Gubernur, Bupati dan Walikota seluruh Indonesia, untuk ikut mengkampanyekan
pangan lokal.
Konsumsi beras sudah saat nya dikendalikan secara masif.
Pemerintah tidak bisa lagi menerapkan kebijakan yang terlalu longgar dalam
mengukur kisah sukses program diversifikasi menu makanan.
Rakyat perlu diberi pemahaman yang utuh bahwa beras bukan
satu-satu nya bahan pangan karbohidrat yang dapat dikonsumsi. Namun disekitar
kira masih banyak bahan pangan karbohidrat yang nilai dan kandungan gizi nya
tidak kalah dengan beras.
Pangan lokal memang harus kita cintai. Bukan saja pangan lokal
akan mampu menekan konsumsi beras di masa depan, ternyata pangan lokal pun jika
dipoles dengan teknologi dan dikembangkan menjadi industri pangan, boleh jadi
bakal tampil menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.
Mencintai pangan lokal tidak membutuhkan biaya yang sangat besar.
Cukup dengan hati nurani, maka semangat menampiljan pangan lokal sebagai salah
satu pilihan untuk menggeser konsumsi beras ke non beras, tentu bukan cuma
angan-angan. Semua nya ini akan menjadi fakta kehidupan yang dapat kita rasakan
kenikmatan nya.
One day no rice kapan kamu kembali
(Bang RM)